Perbedaan Antara pesantren Salafi, Khalafi, dan Modern
Tahukah anda, mengapa di zaman sekarang pesantren menjadi
istilah popular dikalangan masyarakat, hingga ada berbagai macam jenis
pesantren? Sebelumnya, disini penulis akan menjelaskan tentang istilah
pesantren.
Pengertian pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe-dan
akhiran an berarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja yg dikutip
oleh Haidar Putra Daulay mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu
seseorang yg belajar agama Islam sehingga dgn demikian pesantren mempunyai arti
tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yg mengartikan
pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yg bersifat
“tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan sebagai
pedoman hidup keseharian.
Pada umumnya, pesantren dibagi menjadi dua, yaitu Salaf dan Modern. Dalam hal ini, penulis
mengikuti pendapat Ramayulis yang mengklasifikasi pesantren dari segi cara
menyikapi terhadap tradisi, dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: Salafi, Khalafi, dan Modern.
1. Pesantren Salafi
Secara etimologis kata “salaf” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) berarti sesuatu atau orang yang terdahulu, ulama-ulama
terdahulu yang saleh. Abdul Mughist mengutip pendapat ‘Irfan A. Hamid, secara
terminologi khazanah Islam, “salaf” berarti ulama generasi sahabat,
tabi’in, dan tabi’at
at-Tabi’in yang
merupakan kurun terbaik pasca Rasulullah SAW.
Menurut penulis, istilah pesantren Salafi di tengah-tengah masyarakat mengandung
dua pemahaman yang berbeda. Pertama, pesantren Salafi dimaknai sebagai pesantren tradisional
yang tetap mempertahankan kitab-kitab klasik serta mengapresiasi budaya
setempat. Kedua, pesantren Salafi dimaknai sebagai pesantren yang
secara konsisten mengikuti ajaran ulama generasi sahabat, tabi'in, tabi'at tabi'in yang memiliki kecenderungan pada
penafsiran teks secara normatif dan tidak/kurang mengapresiasi budaya setempat,
karena semua budaya harus sesuai dengan zaman para Salafush-Sholih, yaitu sahabat, tabi'in, tabi'at tabi'in.
Menurut Ramayulis, pesantren Salafi–model
pesantren tradisional (pen.)–merupakan jenis pesantren yang tetap
mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikannya. Di
pesantren ini, mata pelajaran umum tidak diberikan. Tradisi masa lalu sangat
dipertahankan. Pemakaian sistem madrasah hanya untuk memudahkan sistem sorogan
seperti dilakukan di lembaga-lembaga pengajian bentuk lama. Pesantren Lirboyo
dan Ploso di Kediri Jawa Timur serta Pesantren Maslakul Huda di Kajen Pati Jawa
Tengah agaknya dapat disebut sebagai contoh pesantren Salafi. Pesantren Salafi kelihatannya menjadi dirinya sebagai
benteng utama dalam mempertahankan tradisi.
Sedangkan pesantren Salafi model kelompok reformis, sebagaimana
Abdul Mughist mengutip pendapat Brink, termonologi “salaf” menurut kaum
reformis yang dipelopori oleh Jamal ad-Din al-Afghani, Muhammad Abduh di Mesir,
dan Muhammad Abdul Wahab di Saudi Arabia bahwa paham Salafiyyah adalah ajaran ulama’ generasi
pertama yang konsisten secara literer terhadap Al-Qur’an dan Sunnah, mengikis
habis bid’ah, khurafat, dan tahayyul serta klenik, senantiasa
membuka pintu ijtihad dan menolak taklid “buta”. Dari pendapat ini, yang
dinamakan pesantren Salafi adalah
pesantren yang secara konsisten mengikuti ajaran ulama generasi pertama yang
memiliki kecenderungan pada penafsiran teks yang bersifat
literalistik/normatif.
Menurut Arif Subhan,
Salafi disebut juga Salafiyyah mengandung pengertian “pengikut
generasi pertama muslim yang saleh” (as-salaf al-shalih). Ini mengandung
pengertian yang luas karena sebenarnya setiap muslim adalah pengikut generasi
pertama muslim, yaitu Nabi Muhammad SAW, sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in.
Akan tetapi, terdapat aspek penting dalam ideologi keagamaan Salafi yang membedakan dengan yang lain,
yaitu model penafsiran terhadap teks yang bersifat literalistik. Model
penafsiran inilah yang mengantarkan gerakan Salafimenjadi
gerakan radikal dalam Islam. Misalnya, dalam memberikan penafsiran tentang
model pakaian Islami. Mereka berusaha sejauh mungkin mengikuti cara berpakaian
yang dipraktikkan Nabi SAW. Bagi laki-laki biasanya mengenakan jubah dan
kebanyakan memelihara jenggot, sementara bagi perempuan mengenakan jubah dan
jilbab – model cadar– yang menutup seluruh tubuhnya kecuali mata dan telapak
tangan. [32]
Salah satu model pesantren Salafi – sebagaimana perspektif kelompok
reformis– di Indonesia adalah pesantren Hidayatullah yang didirikan oleh
Abdullah Said pertama kali di Balik Papan dan diresmikan oleh Menteri Agama,
Mukti Ali pada 5 Agustus 1976. Arief Subhan mencatat bahwa sejak semula tujuan
pesantren Hidayatullah–yang dibayangkan pendirinya– adalah mencetak banyak
kader dakwah dan membentuk sebuah komunitas yang mejadikan nilai-nilai Islam
sebagai landasan dalam relasi-relasi sosial. Dalam bahasa Abdullah Said hal ini
disebut dengan “membentuk sebuah jamaah”.
Dari beberapa pendapat dan contoh pesantren model Salafi di atas, ada perbedaan antara model
pesantren Salafi corak tradisional dan Salafi corak Puritan. Abdul Mughits
berpendapat, Definisi yang paling elegan untuk istilah “pesantren Salafi” adalah pesantren yang
mengikuti jejak ajaran ulama generasi Salaf (abad I-III H) dan ulama sesudahnya
sebagai pengembangan (penafsiran) terhadap ajarannya. Sedangkan definisi
“pesantren tradisional” adalah pesantren yang masih melestarikan warisan
tradisi atau ajaran ulama terdahulu dan tradisi lokal yang sudah melalui proses
penyeleksian dengan standar ajaran para ulama terdahulu (normatifitas agama).
Menurut penulis, di tengah-tengah masyarakat, istilah pesantren Salafi biasanya digunakan oleh
kelompok reformis untuk memberikan penekanan pada pesantren yang secara
konsisten mengikuti ajaran ulama Salafush
Sholih, yaitu
sejak zaman para sahabat, tabi'in, dan tabi'it tabi'in. Sedangkan untuk
kelompok umat Islam tradisionalis, biasanya lebih suka menggunakan istilah
pesantren Salaf atau Salafiyyah,
karena image pesantren Salafi lebih dekat dengan pemahaman Islam
yang literal. Atau untuk membedakannya, penulis memberikan istilah Salafi-Modernisbagi pesantren Salafi kaum reformis dan Salafi-Tradisionalis bagi pesantren tradisional.
2. Pesantren Khalafi
Pesantren Khalafi tampaknya menerima hal-hal yang baru
yang dinilai baik di samping tetap memelihara tradisi lama yang baik. Pesantren
sejenis ini memberikan mata pelajaran umum di madrasah dengan sistem klasikal
dan membuka sekolah-sekolah umum di lingkungan pesantren. Walau demikian,
pengajaran kitab-kitab Islam klasik masih tetap dipertahankan. Seperti Pesantren
Mambaus Sholihin Gresik, Tebu Ireng, Tambak Beras dan Rejoso di Jombang Jawa
Timur selain menyelenggarakan pendidikan madrasah, juga membuka sekolah-sekolah
mulai tingkat RA, MTs/SMP, MA/SMA, hingga Perkuliahan Tinggi.
Menurut penulis, pesantren Khalafi merupakan model pesantren yang mencoba
mengikuti perkembangan zaman dengan tetap mempertahankan tradisinya, yaitu
mengkaji kitab-kitab klasik. Upaya pesantren Khalafi agar dapat berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah diajarkannya ilmu-ilmu umum
di lingkungan pesantren, yang biasanya pesantren ini membuka lembaga pendidikan
model madrasah maupun sekolah untuk mengajarkan pelajaran umum. Biasanya,
santri tetap tinggal di pesantren untuk mengikuti kajian kitab-kitab klasik di
sore, malam, dan pagi setelah Shubuh, setelah itu mereka mengikuti pelajaran
umum di madrasah maupun sekolah.
3. Pesantren Modern
Pesantren Modern di mana tradisi Salaf sudah ditinggalkan sama sekali.
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik tidak diselenggarakan. Sekalipun bahasa
Arab diajarkan, namun penguasaanya tidak diarahkan untuk memahami bahasa Arab
terdapat dalam kitab-kitab klasik. Penguasaan bahasa Arab dan Inggris cenderung
ditujukan untuk kepentingan-kepentingan praktis. Pesantren Gontor Ponorogo
walaupun sangat menekankan pengetahuan bahasa Arab dan Inggris, sudah cukup
lama meninggalkan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Pesantren-pesantren yang
bercorak kekotaan seperti pesantren As-Syafi’iyah di Jakarta, Pesantren Prof.
Dr. Hamka di Padang, pesantren Zaitun di Indramayu yang bercorak kampus modern
dan diwarnai dengan corak khas Islam. Para siswa dan mahasiswa di berbagai
jurusan ilmu dapat berdiskusi dalam lingkungan pesantren yang tidak lagi
mengutamakan pengajian kitab-kitab kuning.
Sebagaimana Arief Subhan merujuk pada pondok modern Gontor,
bahwa referensi utama dalam materi keislaman bukan kitab kuning, melainkan
kitab-kitab baru yang ditulis para sarjana muslim abad ke-20. Ciri khas pondok
modern adalah tekanannya yang sangat kuat kepada pembelajaran bahasa, baik
bahasa Arab maupun Inggris. Ciri khas lain adalah aspek displin mendapat
tekanan. Para guru dan santri diwajibkan berpakaian rapi dan berdasi.
Istilah Khalafi kadang juga diartikan sebagai Modern, antonim dari istilahSalafi. Pesantren Khalafi juga berarti pesantren Modern. Tapi, dalam hal ini perbedaannya
ditekankan pada tradisi kajian kitab-kitab klasik. Bagi pesantren Khalafi, mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan memelihara tradisi (mengkaji kitab klasik) adalah ciri khasnya.
Kitab klasik menjadi kajian utama di pesantren Salafi/Khalafi dan biasanya, ketika mengkaji kitab klasik
tertentu sampai selesai (khatam). Misalnya: mengkaji kitab Tafsir Jalalain sampai khatam.
Bagi pesantren modern, tidak lagi mengutamakan kajian
kitab-kitab klasik dalam proses pembelajaran, tapi kitab-kitab berbahasa Arab
yang ditulis oleh para tokoh muslim abad 20. Walaupun kadang di pesantren Modern masih menggunakan sebagian
kitab-kitab klasik, tapi bukan menjadi kajian utamanya, tapi hanya menjadi
referensi tambahan dan tidak dikaji sampai selesai (khatam). Di samping itu, pondok
modern juga menekankan pada penguasaan bahasa asing, seperti bahasa Arab dan
bahasa Inggris dan budaya kedisplinan yang sangat ketat. Penguasaan bahasa
asing ini untuk membekali para santri agar dapat bersaing di dunia global dan
dapat membaca kitab-kitab kontemporer baik yang menggunakan bahasa Arab maupun
bahasa Inggris.
Nah, sekarang udah tau bukan apa itu pesantren dan aneka macamnya. Jadi, antara pesantren antara salafi, khalafi, dan modern pada dasarnya sama, yaitu sebuah institusi pendidikan Islam yg bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian.
Nah, sekarang udah tau bukan apa itu pesantren dan aneka macamnya. Jadi, antara pesantren antara salafi, khalafi, dan modern pada dasarnya sama, yaitu sebuah institusi pendidikan Islam yg bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian.
Demikian, semoga bermanfaat.
0 comments:
Posting Komentar